Oleh : Audrey Clarissa P. / Kelas 9B
“Kubi, aku kecewa sama kamu! Kamu bukan sahabat kita lagi,” kata Bella sambil mengernyitkan dahi.
Hiduplah dua orang sahabat yang bernama Kubi dan Bella. Mereka duduk di bangku kelas tujuh SMP Mereka selalu bersama sejak kelas enam SD, kebetulan mereka sekelas dan satu sekolah lagi. Kubi adalah anak yang pendiam dan pemalu dan Bella adalah anak yang ceria, pintar, dan juga populer, bagaikan mentari pagi yang menyinari suasana.
Setelah libur tengah semester, mereka kedatangan siswi baru dikelas mereka. Namanya Shelly, dia anaknya ceria banget, baik, dan juga cantik.
“Wah, cantik sekali…,” kata Kubi.
Kubi terkagum dengan kecantikan Shelly. Cantiknya seperti bunga yang sedang mekar, cantik sekali. Bella dan Kubi tertarik berteman dengan Shelly. Kubi berharap berteman dengan Shelly semua baik-baik saja.
Satu bulan berlalu, Kubi merasa ia seperti dilupakan oleh Bella. Bella jauh lebih dekat dengan Shelly, dibandingkan dengan Kubi. Kubi merasa ia seperti bayangan yang hilang di antara kerumunan. Namun, Kubi tidak akan berprasangka buruk kepada Shelly. Ia akan berpikiran positif bahwa mungkin Bella hanya ingin menjadi siswi yang baik di depan siswi baru. Ternyata, dibalik senyum manisnya Shelly, tersembunyi niat buruk.
“Kalian tau gak sih? Kubi, anak pendiam itu. Dia pulang sekolah selalu menindas seseorang, lho. Dia seolah memiliki jiwa yang terpisah,” kata Shelly kepada teman-teman sekelasnya sambil menunjukkan video seseorang yang mirip dengan Kubi sedang menindas salah satu siswi di suatu tempat.
Teman-teman sekelasnya dengan cepat mempercayainya dan video yang ditunjukkan Shelly menyebar pesat ke seluruh warga sekolah. Kubi tidak tahu hal itu. Namun ia merasa setiap ke sekolah seperti bintang di panggung, ditatap semua mata. Kubi ingin menceritakan semua itu ke Bella, tapi Bella malah menjauh dari Kubi.
Kubi bingung sekali, mengapa semua orang menatap Kinan dengan kebencian? Ia bertanya ke salah satu teman sekelasnya yang bernama Risha.
“Risha, apa kamu tahu, kenapa aku menjadi pusat perhatian disini?” tanya Kinan.
“Tahu. Shelly menyebarkan video dimana kamu menindas siswi di salah satu gang dekat sekolah kita,” jawab Risha sambil menunjukkan videonya.
“Aku? menindas? Shelly? Itu semua gak benar. Aku gak pernah menindas orang!” ujar Kubi dengan tegas.
Setelah mendengar hal itu, Kubi bergegas mencari Shelly. Ia menemukan Shelly sendirian di halaman belakang sekolah. Cantik-cantik tapi hatinya busuk.
“Shelly!” panggil Kubi.
“Apa? Oh, kamu sudah tau ya? Maaf banget ya, aku menyebarkan video palsu tentangmu,” jawab Shelly dengan senyum liciknya.
“Kenapa kamu menyebarkan video palsu tentangku? Aku gak pernah menindas orang!” ujar Kubi.
“Kamu tuh gak cocok dipersahabatan kita! Gak cocok banget! Jijik banget aku ngeliat kamu. Beda level! Kamu tuh jelek!” hina Shelly.
Setelah mendengar hinaan dari Shelly, Kubi menyiramnya dengan air di botol minum yang ia bawa. Ia menatap Shelly dengan penuh amarah, api kemarahannya membara dalam dirinya.
“Kubi?” tanya Bella dengan muka kecewa di belakang Kubi.
“Bella? Aku gak bermaksud-“ ucap Kubi terpotong.
Bella menampar Kubi dengan keras. Kecewa dan amarah sangat terlihat dari wajahnya.
“Aku kecewa sama kamu, Kubi! Ternyata omongan dari semua orang itu benar! Kamu menindas orang dan sekarang kamu menindas Shelly? Kamu bukan sahabat kita lagi!” kata Bella dengan tegas.
Bella menarik lengan Shelly meninggalkan Kubi. Kubi menyesal, kecewa, sedih, marah, semua emosi menjadi satu. Kesedihan datang merangkulnya. Kubi berharap ini semua mimpi, mustahil ini mimpi.
Ia tak percaya bahwa ia akan kehilangan sahabat satu-satunya yang ia punya. Kubi adalah tipe orang yang susah mendapat teman, ia sangat bersyukur bisa bersahabat dengan Bella yang sefrekuensi dengan Kubi. Namun, itu semua hancur karena Shelly. Air matanya mengalir seperti sungai tak berujung.
Hari-hari pun berlalu, Kubi sekarang selalu sendirian. Rasa sepi ini seperti lautan yang tak bertepi. Yang biasanya ia selalu tertawa dengan candaan Bella, sekarang itu semua milik Shelly. Kubi merasa tidak nyaman dan risih dengan tatapan-tatapan yang tidak enak. Ia melaporkannya kepada orang tuanya, kebetulan orang tuanya bekerja di luar kota.
Jadi, Kinan menyusul mereka ke luar kota dan pindah sekolah. Ia akan memulai kehidupan baru dan teman baru, meninggalkan kesedihan untuk menyambut kebahagiaan. Kenangan buruk itu akhirnya melepaskan cengkeramannya.