You are currently viewing MENGULIK 4 TAHUN PERJALANAN KURIKULUM MERDEKA

MENGULIK 4 TAHUN PERJALANAN KURIKULUM MERDEKA

Oleh: Denik Rikasari, S.Pd.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dengan konten yang lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum merdeka memberikan kebebasan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.

Ada 3 hal utama yang menjadi karakteristik pelaksanaan kurikulum merdeka yaitu:

  1. Pengembangan soft skills dan karakter
  2. Fokus pada materi esensial 
  3. Pembelajaran yang fleksibel

Sering kali banyak orang tua yang bertanya, “P5 itu apa sih?” dan mengharuskan bapak dan ibu guru untuk menjawab. P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanakan untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dimana dimensi penilaian sudah ditentukan oleh pemerintah seperti dimensi kemandirian, kreatifitas, dll. P5 tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

Setelah berjalan selama 4 tahun, tentunya ada banyak sekali tantangan dan hambatan terwujudnya program ini dengan baik. Tantangan dan tanggung jawab itu tentunya harus direspon secara kritis dan komprehensif oleh pemerintah apabila menginginkan tujuan ideal penerapan kurikulum merdeka tercapai. Beberapa tantangan yang ditemui selama implementasi kurikulum merdeka adalah sebagai berikut:

Pertama, tantangan kesiapan sumber daya manusia (guru) sebagai pilar utama pelaksanan kurikulum merdeka. Eksistensi guru dalam penerapan kurikulum merdeka merupakan sebagai lokomotif dan penggerak keberhasilan berbagai program merdeka belajar seperti pembelajaran berdiferensiasi, pelaksanaan projek penguatan profil pelajar pancasila, dan asesmen pembelajaran, serta pemberdayaan teknologi sebagai alat pendukung pembelajaran. Karena itu, penguatan keberadaan guru melalui program pengembangan sesuai kebutuhan perlu dilakukan secara terus-menerus dan konsisten. Apalagi jika melihat hasil program pengembangan profesi guru selama ini, belum memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan mutu kualitas di Indonesia.

Kedua, tantangan kemampuan guru dalam pemberdayaan fasilitas teknologi berbasis digital. Sebagaimana arah proses pembelajaran dalam kurikulum merdeka berbasis teknologi, maka pemberdayaan teknologi digital sudah saatnya untuk dilakukan bagi setiap guru mata pelajaran dalam layanan pembelajaran. Terlebih dalam pencarian dan penggunaan berbagai sumber pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa saat ini dan kedepan setiap guru diharuskan untuk menguasai teknologi digital sebagai basis dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kondisi seperti inilah, maka guru sewajarnya sudah mulai mengenal dan memanfaatkan platform pembelajaran, emailhybrid learning, e-learning, sumber, dan media pembelajaran berbasis digital. Dengan upaya ini, pembelajaran dapat dibuat menjadi lebih luas cakupannya, menarik, interaktif, kontekstual, dan memungkinkan terjadinya pengembangan materi secara lebih mendalam sesuai kebutuhan. Melalui pemberdayaan pembelajaran berbasis digital, peserta didik sekaligus dilatih untuk memanfaatkan teknologi secara positif, adaptif, dan inovatif terhadap perkembangan teknologi.

Ketiga, tantangan untuk memperkuat jaringan komunikasi dan kemitraan antara satuan pendidikan dengan pemangku kepentingan terkait. Secanggih dan sehebat apapun kurikulum pembelajaran didesain tanpa adanya dukungan jaringan komunikasi dan kemitraan yang efektif oleh satuan pendidikan dengan pemangku kepentingan terkait, maka pelaksanaan kurikulum akan berjalan kurang optimal. Bahkan, bisa jadi akan menemukan hambatan. Urgensi adanya dukungan jaringan komunikasi dan kemitraan yang dilakukan sekolah adalah untuk memperkuat pelaksanaan kurikulum merdeka melalui sinergi gotong royong, saling berbagi inspirasi, dan dukungan mewujudkan pembelajaran bermakna bagi peserta didik.

Keempat, tantangan untuk menjalankan fungsi asesmen pembelajaran yang merupakan bagian terpadu dalam pembelajaran. Salah satu aspek penting yang sering diabaikan sekolah dalam pencapaian tujuan pelaksanaan kurikulum adalah pelaksanaan asesmen pembelajaran. Saat ini asesmen pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian guru secara umum masih terbatas dan terfokus pada asesmen akhir. Padahal jika merujuk pada konsep dalam teori evaluasi dan pembelajaran, pelaksanaan asesmen mestinya mencakup pada asesmen awal, asesmen proses (assessement for and as learning), dan akhir pembelajaran (assessement of learning). Rangkaian proses asesmen tersebut juga merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan terintegrasi dalam proses pembelajaran, bersifat siklus dan tidak linier.

Dengan kesadaran akan isu-isu dan tantangan yang ada untuk mengatasinya, kita semua dapat memastikan bahwa kurikulum merdeka akan memberikan manfaat bagi masa depan pendidikan Indonesia. Ini adalah tugas bersama yang memerlukan kerja keras, kesabaran, dan tekad untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik dan lebih adil untuk semua anak-anak Indonesia.